RAGAM BAHASA INDONESIA
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakain yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan (Depdikbud, 1991: 809). Berdasarkan pengertian ini, maka terlihat bahwa variasi muncul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dalam konteks sosialnya. Adanya berbagai variasi menunjukkan bahwa pemakaian bahasa itu bersifat aneka ragam. Banyaknya ragam bahasa yang dipakai oleh seseorang dalam berkomunikasi itu tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut.
- Cara berkomunikasi : lisan atau tertulis
Dua macam cara berkomunikasi ini melahirkan dua ragam bahasa utama dalam berbahasa yaitu ragam lisan dan tulis. - Cara pandang penutur terhadap mitra komunikasinya
Sebelum menentukan pilihan ragam yang akan dipakai, seseorang penutur akan melihat dahulu bagaimana lawan bicaranya.apakah orang itu perlu dihormati atau tidak? Bagaimana pendidikannya tinggi atau rendah? Cara pandang ini akan mengakibatkan timbulnya ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi, dan ragam tidak resmi. - Topik yang dibicarakan
Pembicaraan tentang topik tertentu mengakibatkan terbentuknya ragam bahasa yang mempunyai ciri khas sesuai dengan bidangnya masing-masing, misalnya ragam hukum, ragam bisnis, ragam sastra, dan ragam kedokteran.
B. Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
1. Pengertian bahasa baku dan tidak baku
Kata baku adalah “Kata yang telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas” (Achmad Mufid, 2013: 6). Adapun secara khusus dapat dikatakan sebagai kata yang secara sosial lebih disenangi pemakaiannya, terlebih bagi mereka bagi mereka yang berpendidikan (pelajar dan manusia), sedangkan pengertian kata tidak baku menurut Achmad Mufid (2013: 7) adalah “kata yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tata bahasa, dan kosakatanya dari kata baku”. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2012: 21). Jadi, ragam bahasa baku adalah ragam yang dijadikan tolak ukur sebagai ragam yang baik dan benar.
2. Fungsi Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku ‘kata baku’ mempunyai empat fungsi: (1) pemersatu; (2) penanda kepribadian (pemberi kekhasan); (3) wibawa; (4) kerangka acuan.
- Pemersatu
pemakaian bahasa Indonesia baku berfungsi mempersatukan para penutur berbagai dialek, yaitu mempersatukan (bukan menyeragamkan pengguna kata baku) mereka menjadi satu masyarakat bahasa Indonesia baku. - Penanda Kepribadian
Memakai bahasa Indonesia baku berfungsi membuat ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan pemakaian bahasa-bahasa lainnya, yaitu untuk memperkuat perasaan kepribadian sebagai masyarakat bahasa Indonesia baku. - Penambah Wibawa
Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar berfungsi menempatkan wibawa di hadapan orang, yaitu guna mencapai kesederajatan dengan peradaban lain. - Kerangka Acuan
Pemakaian bahasa Indonesia bakuberfungsi sebagai kerangka acuan atau standar bagi pemakainya atau orang lain karena adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas yaitu untuk mengurangi kerancuan dalam memahami ungkapan atau pernyataan.
3. Ciri Bahasa Baku
Di antara ciri-ciri bahasa baku :
- Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Baku Tidak Baku
Saya gua
Mengapa kenapa
Dilihat dilihatin
Bertemu ketemu - Tidak dipengaruhi bahasa asing
Baku Tidak Baku
Kantor tempat kantor di mana
Sudah banyak sarjana sudah banyak sarjana-sarjana
Itu benar itu adalah benar
Kesempatan lain lain kesempatan - Bukan bahasa percakapan
Baku Tidak Baku
Dengan sama
Mengapa kenapa
Memberi kasih
Tidak enggak
Tetapi tapi - Pemakaian imbuhan secara eksplisit
Baku Tidak Baku
Ia bekerja keras ia kerja keras
Mengantar makanan antar makanan - Pemakaian sesuai dengan konteks kalimat
Baku Tidak Baku
Suka akan suka dengan
Disebabkan oleh disebabkan karena
Lebih besar daripada lebih besar dari - Tidak terkontaminasi, tidak rancu
Baku Tidak Baku
Berkali-kali berulang kali
Mengesampingkan mengenyampingkan
Mengajar siswa mengajari siswa-siswa - Tidak mengandug arti pleonasme
Baku Tidak Baku
Para tamu para tamu-tamu
Hadirin para hadirin
Pada zaman dahulu pada zaman dahulu kala
Maju maju ke depan - Tidak mengandung hiperkorek
Baku Tidak Baku
Insaf insyaf
Sah syah
Syukur syukur
4. Pemakaian Bahasa Baku
Pemakaian bahasa baku biasanya digunakan dalam beberapa konteks:
- Dalam komunikasi resmi, yaitu surat-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan, dan peristilahan resmi.
- Dalam wacana teknis, yaitu laporan resm dan tulisan ilmiah berupa makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
- Dalam pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, dan khutbah.
- Dalam pembicaraan dengan orang yang ihormati, yaitu antara bawahan dan atasan di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan.
C. Ragam Bahasa Resmi dan Tidak Resmi
Bahasa resmi atau formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti urusan surat-menyurat, bertutur dengan orang yang tidak kita kenal dekat atau lebih tinggi status dan pangkatnya. Adapun ciri-ciri bahasa formal adalah.
- Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
- Menggunakan imbukan secara lengkap;
- Menggunakan kata ganti resmi;
- Menggunakan kata baku;
- Menggunakan EYD;
- Menggunakan unsur kedaerahan.
Ragam bahasa tidak formal atau nonformal adalah bahasa yang digunakan pada situasi santai dan kepada orang yang sudah dikenal akrab. Situasi tidak resmi akan memunculkan suasana penggunaan bahasa tidak resmi juga. Kuantitas pemakaian bahasa tidak resmi banyak tergantung pada tingkat keakraban pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dalam situasi tidak resmi, penutur bahasa mengesampingkan pemakaian bahasa baku. Kaidah dan aturan dalam bahasa baku tidak lagi menjadi perhatian. Prinsif yang dipakai adalah asal orang yang diajak bicara bisa mengerti. Situasi semacam ini dapat terjadi pada situasi komunkasi remaja di mal, interaksi antara penjual dan pembeli, dan lain-lain.
Bahasa tidak resmi mempunyai sifat yang khas, yaitu.
- kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
- Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.
Pada perkembangannya bahasa tidak resmi menciptakan ragam bahasa yang bervariatif berdasarkan pemakaiannya, seperti bahasa gaul pada remaja yang saat ini sedang digemari. Bahasa gaul remaja merupakan bentuk bahasa tidak resmi. Bahasa gaul remaja berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa gaul dari masa ke masa berbeda. Tidak mengherankan apabila bahasa gaul remaja digunakan dalam lingkungan dan kelompok sosial terbatas, yaitu kelompok remaja. Hal ini berarti bahwa bahasa gaul hanya digunakan pada kelompok sosial yang menciptakannya. Anggota di luar kelompok sosial tersebut sulit untuk memahami makna bahasa gaul tersebut.
D. Ragam Bahasa Lisan dan Tulis
“Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang dituturkan dengan indra mulut, sedangkan ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang dituangkan melalui simbol-simbol atau huruf-huruf”. (Ade Hikmat dan Nani Solihati, 2013: 9). Antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tertulis memiliki struktur yang tidak sama. Ketidaksamaan struktur ini dikarenakan ada beberapa perbedaan. Perbedaannya sebagai berikut:
- Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, yaitu teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada di depan.
- Di dalam ragam lisan unsur-unsur gramatikal (subjek, predikat, objek) tidak selalu dinyatakan karena dapat dibantu oleh unsur-unsur nonlinguistik yang berupa intonasi, gerak-gerik tangan, gelengan kepala, dan lainnya. Ragam tulis perlu diterangkan dan lebih lengkap daripada lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang ‘diajak bicara’ mengerti isi tulisan itu.
- Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, ruang, dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya dapat berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau Inggris.
- Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam bahasa tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Sering kali kita mendengar slogan “Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar?”. Apakah maksud dari slogan itu? Apakah kita harus menggunakan bahasa resmi di mana pun kita berada? Kriteria bahasa Indonesia yang baik dan benar itu :
- Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaiannya;
- Bahasa yang benar adalah bahasa yang menerapkan kaidah dengan konsisten.